Semua orang mempunyai impian terbaik dalam hidupnya. Entah itu karir dalam pekerjaan, prestasi dalam sekolah, long lasting relationship dalam membina hubungan dan lain sebagainya.
Saya adalah termasuk orang yang ambisius dalam mengejar segala sesuatu yang menurut aku pantas untuk dikejar. Untuk sekarang ini, ambisi aku adalah mengejar karir yang baik. Saat ini, posisi aku adalah supervisor untuk system development section head. Untuk karir aku ini boleh dibilang cukup cepat, karena dalam waktu 3 tahun aku bisa mendapatkan kepercayaan dari atasanku. Mungkin diluar sana lebih banyak orang yang lebih luar biasa dari aku, namun untuk aku saat ini, momen sekarang adalah yang terbaik, setidaknya sampai aku mempunyai ambisi yang lain lagi.
Kilas balik sedikit ke belakang sebelum aku menjadi supervisor sekarang ini. Aku lulus kuliah dari binus pada tahun 2004 bulan Juni. Sempat tidak mempunyai kerjaan selama 2 bulan lebih, akhirnya aku masuk sebagai karyawan kontrak 2×6 bulan di salah satu perusahaan otomotif terbesar di Indonesia. Ada rasa senang campur kaget campur tidak percaya. Tapi rasa itu segera lumer dengan panasnya persaingan di kantor. Pada pertama kali masuk, aku masih mengganggap diriku adalah seorang pemula dan semua orang yang ada di kantor itu adalah expert.
Tapi, aku salah kaprah. Kenapa? Karena lingkungan kerja itu seperti hutan rimba. Siapa yang kuat, dia yang menang. Aku sempat stress berat, karena saat itu aku dapat tugas dari bos aku untuk mempelajari sebuah sistem yang dibuat oleh seniorku, tapi apa hasilnya? Aku tidak digubris oleh seniorku itu. Ada rasa sebal, marah, tapi toh aku tidak bisa apa-apa, karena aku masih anak bawang.
Selama sebulan pertama aku hanya seperti anak yang bingung harus mengerjakan apa di tempat kerja. Tapi, pada suatu hari, hari yang sangat aku tunggu, hari dimana aku bisa menunjukan keahlianku. Tanpa pikir panjang aku meminta bosku untuk memberikan waktu 3 hari untuk menyelesaikan modul yang dia minta. Sabtu dan minggu aku gunakan untuk membuat modul tersebut. Satu-satunya yang menjadi pikiran aku saat itu adalah pembuktian kepada semua akan kemampuan yang aku miliki.
Pada hari senin, aku menyerahkan modul tersebut kepada bosku dan dia pada saat itu hanya terperanga. Satu kata yang diucapkan dan aku ingat sampai sekarang. “Yakin uda selesai semuanya?” setelah saat itu aku mulai menyelesaikan modul demi modul dengan semangat. Pada saat itu aku belum begitu tahu tentang politik kantor yang kotor. Aku hanya merasa bahwa semua orang mendukung aku. Ternyata aku salah lagi. Tidak semua orang mendukung karena prestasi yang kita raih, tapi banyak juga orang yang mengometari prestasi kita dengan sinis.
Singkat kata pada bulan Agustus, setahun setelah aku bekerja di perusahaan ini, aku diangkat menjadi karyawan tetap di perusahaan itu. Tapi, 3 bulan sebelum itu senior aku sudah resign dari tempatku. Dia mendapatkan diluar yang bisa memberikan salary yang better. Pada bulan Desember, teman aku satu lagi resign dan meninggalkan aku sendirian. Aku benar-benar pada saat itu stress luar biasa. Bisa dibayangkan, mengurus sekitar 30 cabang dan sistem yang sedang dibangun, benar-benar membuat aku hampir menyerah saat itu. Pada bulan februari, aku diangkat menjadi coordinator oleh bosku, tapi tidak ada rasa gembira pada saat itu. Karena, saat itu aku benar-benar stress menghadapi kondisi kantor.
Flash back sedikit, sistem yang sedang dibangun pada saat itu adalah sistem penggajian. Sistem itu sebenarnya sudah selesai, tapi untuk implemetasi kepada user, itu yang sangat sulit untuk dilakukan. User banyak sekali tipenya. Ada yang takut akan perubahan, ada yang mengatakan ingin berubah tapi sama sekali tidak ada reaksi. Selama setahun sistem itu coba diimplementasikan, tapi gagal. Puji syukur kepada Tuhan, saat stressku sudah hampir mencapai puncak, bosku memberikan 2 orang anak buah. Akhirnya aku bisa bernafas sedikit saat itu. Aku bisa konsentrasi pada sistem penggajian, dan operasional bisa dihandle oleh anak baru tersebut.
Sistem penggajian makin sulit untuk diimplementasikan karena ada user personnel yang resign. Aku hanya bisa bingung bagaimana nasib sistem ini. Diteruskan atau dinyatakan gagal? Suatu pilihan yang sulit. Tapi sekali lagi, Puji Syukur Kepada TUHAN. Dia begitu baik kepada hambanya ini. Ada user personnel baru, pindahan dari PT sebelah. Dia memberikan harapan baru pada sistem ini. Selama 3 bulan bekerja sama dengan dia, akhir sistem ini bisa dinyatakan siap untuk dipakai dalam operasional sehari-hari. Pada bulan Juli 2006, sistem penggajian ini dipakai dan menghasilkan slip gaji untuk pertama kalinya. Lega rasanya dan untuk pertama kalinya dalam 1 tahun belakang aku bisa tidur dengan nyenyak dan merasa aku telah meraih sesuatu yang baik.
Saat ini, aku sudah menjadi supervisor, tapi itu bukan tujuan terakhir, masih ada yang harus dicapai dan dipertahankan. Untuk yang membaca tulisan ini, semoga tulisan ini menjadi inspirasi. Jangan pernah putus asa, jangan takut dilecehkan oleh orang lain, terus maju, petik harapan yang tersisa meski sedikit sekali, dan jangan lupa, yang paling penting, selalu berharap dan berdoa kepada TUHAN.
Saya akan berbagi pengalaman bagaimana menjadi seorang pemimpin yang baik, menghadapi situasi kerja yang tidak kondusif, dan lain sebagainya. Keep your dream and hope always in your heart and believe God never gave his son in heavy and unsolved problem.
Thanks in Advance…