Redenominasi, Apakah itu?

August 4th, 2010 by layong No comments »

Beberapa hari ini, media massa, cetak dan elektronik dihebohkan oleh rencana Bank Indonesia untuk memotong nilai mata uang Indonesia (rupiah). Nilai yang dipotong hanyalah nilai fisik mata uang tersebut atau yang sekarang dikenal dengan redenominasi.

Redenominasi adalah pemotongan nilai mata uang menjadi lebih kecil atau penyederhanaan nilai fisik mata uang tersebut. Contoh: saya mempunyai selembar uang Rp. 10.000,- maka setelah diredenominasi, nilai fisik uang tersebut adalah Rp. 10,-.

Pada dasarnya, redenominasi adalah rencana yang baik, dimana menyederhanakan nilai fisik uang menjadi lebih mudah diingat dan mudah diingat. Coba anda bayangkan, anda memegang selembar uang Rp. 100.000,- ketimbang anda memegang uang Rp. 100,-. Pasti anda akan lebih mudah mengingat nilai Rp.100,- bukan.

Menurut penulis, keuntungan dari redenominasi, adalah: (1) nilai fisik mata uang yang lebih sederhana tanpa mengurangi nilai tukar dari mata uang tersebut; (2) lebih mudah dalam pembukuan keuangan karena digit yang diperlukan lebih sedikit; (3) mata uang Indonesia di mata internasional lebih bernilai, sehingga perekonomian bisa meningkat;

Kerugian yang dapat timbul, adalah: (1) bila implementasinya tidak mulus, maka akan terjadi inflasi yang besar-besaran seperti Zimbabwe; (2) bila pasar tidak mengikuti turunnya nilai fisik saat transaksi jual beli, akan bisa menimbulkan kerusuhan dikalangan rakyat; (3) bila poin nomor dua terjadi, kemiskinan akan melanda Indonesia.

Kalau dilihat dari keuntungan dan kerugian yang mungkin timbul, redenominasi merupakan alternative baru menuju Indonesia yang lebih baik apabila implementasi redenominasi berjalan baik dan disosialisasikan merata kepada seluruh masyarakat Indonesia.

Sekam Padi Sebagai Sumber Energi Alternatif

August 4th, 2010 by layong 2 comments »

Limbah sering diartikan sebagai bahan buangan/bahan sisa dari proses pengolahan hasil pertanian. Proses penghancuran limbah secara alami berlangsung lambat, sehingga limbah tidak saja mengganggu lingkungan sekitarnya tetapi juga mengganggu kesehatan manusia. Pada setiap penggilingan padi akan selalu kita lihat tumpukan bahkan gunungan sekam yang semakin lama semakin tinggi. Saat ini pemanfaatan sekam padi tersebut masih sangat sedikit, sehingga sekam tetap menjadi bahan limbah yang mengganggu lingkungan.

Sekam padi merupakan lapisan keras yang meliputi kariopsis yang terdiri dari dua belahan yang disebut lemma dan palea yang saling bertautan. Pada proses penggilingan beras sekam akan terpisah dari butir beras dan menjadi bahan sisa atau limbah penggilingan. Sekam dikategorikan sebagai biomassa yang dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan seperti bahan baku industri, pakan ternak dan energi atau bahan bakar.

Dari proses penggilingan padi biasanya diperoleh sekam sekitar 20-30% dari bobot gabah. Penggunaan energi sekam bertujuan untuk menekan biaya pengeluaran untuk bahan bakar bagi rumah tangga petani. Penggunaan Bahan Bakar Minyak yang harganya terus meningkat akan berpengaruh terhadap biaya rumah tangga yang harus dikeluarkan setiap harinya.

Dari proses penggilingan padi biasanya diperoleh sekam sekitar 20-30%, dedak antara 8- 12% dan beras giling antara 50-63,5% data bobot awal gabah. Sekam dengan persentase yang tinggi tersebut dapat menimbulkan problem lingkungan.

Ditinjau data komposisi kimiawi, sekam mengandung beberapa unsur kimia penting seperti dapat dilihat di bawah.

Komposisi kimia sekam padi menurut Suharno (1979) :

  • Kadar air : 9,02%
  • Protein kasar : 3,03%
  • Lemak : 1,18%
  • Serat kasar : 35,68%
  • Abu : 17,17%
  • Karbohidrat dasar : 33,71

Komposisi kimia sekam padi menurut DTC – IPB :

  • Karbon (zat arang) : 1,33%
  • Hidrogen : 1,54%
  • Oksigen : 33,64%
  • Silika : 16,98%

Dengan komposisi kandungan kimia seperti di atas, sekam dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan di antaranya:

  • sebagai bahan baku pada industri kimia, terutama kandungan zat kimia furfural yang dapat digunakan sebagai bahan baku dalam berbagai industri kimia,
  • sebagai bahan baku pada industri bahan bangunan, terutama kandungan silika (SiO2) yang dapat digunakan untuk campuran pada pembuatan semen portland, bahan isolasi, husk-board dan campuran pada industri bata merah, (c) sebagai sumber energi panas pada berbagai keperluan manusia, kadar selulosa yang cukup tinggi dapat memberikan pembakaran yang merata dan stabil.

Sekam memiliki kerapatan jenis (bulk densil)1 125 kg/m3, dengan nilai kalori 1 kg sekam sebesar 3300 k. kalori. Menurut Houston (1972) sekam memiliki bulk density 0,100 g/ ml, nilai kalori antara 3300 -3600 k. kalori/kg sekam dengan konduktivitas panas 0,271 BTU.

Untuk lebih memudahkan diversifikasi penggunaan sekam, maka sekam perlu dipadatkan menjadi bentuk yang lebih sederhana, praktis dan tidak voluminous. Bentuk tersebut adalah arang sekam maupun briket arang sekam. Arang sekam dapat dengan mudah untuk dimanfaatkan sebagai bahan bakar yang tidak berasap dengan nilai kalori yang cukup tinggi. Briket arang sekam mempunyai manfaat yang lebih luas lagi yaitu di samping sebagai bahan bakar ramah lingkungan, sebagai media tumbuh tanaman hortikultura khususnya tanaman bunga.

PROSES PEMBUATAN ARANG SEKAM

  1. Sekam merupakan bahan dasar untuk membuat arang sekam dan briket arang sekar.
  2. Membuat bara api dengan kayu kering untuk membuat arang sekam.
  3. Setelah membuat bara api kemudian bara api ditutup dengan cerobong pembuat arang sekam.
  4. Kemudian cerobong ditutup dengan sekam kering.
  5. Sekam yang sudah sebagian menjadi arang sekam.
  6. Arang sekam telah jadi dan siap digunakan untuk pembuatan briket arang sekam.

PROSES PEMBUATAN BRIKET ARANG SEKAM

  1. Cara membuat adonan briket arang sekam, dengan ditambahkan air dan perekat (tanah liat/ tepung kanji).
  2. Cara mencetak briket secara (a) manual dan (b) hidrolik.
  3. Setelah briket jadi selanjutnya dikeringkan dengan sinar matahari.
  4. Setelah briket kerina siap diaunakan untuk berbagai keperluan.
  5. Penggunaan briket untuk tungku/kompor briket arang sekam.

Mahalnya harga briket dikarenakan sistem pencetakannya masih secara manual.

Disadur kembali dari sumber: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian

DISASTER RECOVERY PLAN FOR DATA CENTER

August 4th, 2010 by layong No comments »

Data center  merupakan denyut  nadi  bisnis suatu perusahaan,  bila suatu saat   terjadi  gangguan atau bencana alam yang  tidak dapat  diprediksi  sebelumnya maka dijamin akan  terjadi  kelumpuhan pada beberapa   sektor   bisnis   atau   mungkin   keseluruhan   sektor   bisnis   yang   dimiliki   perusahaan.   Oleh karenanya, aspek penting yang harus dimiliki oleh semua data center adalah manajemen bencana yang baik dan  telah  teruji  sehingga sewaktu-waktu hal   tersebut   terjadi   tidak menimbulkan dampak yang terlalu merugikan perusahaan. Dibagi menjadi dua kategori besar, yaitu:

Business Continuity Plan  (BCP):   rencana yang  fokus untuk mempertahankan kelangsungan  fungsi bisnis saat gangguan terjadi dan sesudahnya.

Disaster   Recovery   Planning  (DRP):   rencana   yang   fokus   pada   sistem  teknologi   informasi   yang diterapkan pada data center untuk memperbaiki operabilitas sistem target, aplikasi, dan fasilitas komputer dilokasi alternatif dalam kondisi darurat.

Sejumlah data center yang ideal bagi perusahaan sudah seharusnya memiliki suatu Disaster Recovery Center  sebagai  back-up  dari  data   center  utama,   dengan   kriteria   pembangunan   suatu  DRC  adalah sebagai   berikut:  Scalable,  Configurability,  Compatibility,  Manageability,  Availability,  Reliability, Distributability, Serviceability, Stability dan Interoperability. Namun yang perlu diperhatikan adalah batasan biaya, bagi suatu perusahaan menyediakan suatu DRC dengan keadaan yang sama dengan  data center  utama  (asumsi  bahwa  data center  utama memenuhi kondisi   ideal)  merupakan   hal   yang   cukup  memberatkan.  Oleh   karenanya   suatu   DRC   tidak   akan memenuhi kondisi ideal sepenuhnya.

Data Center (Pengertian dan Sejarah)

August 4th, 2010 by layong No comments »
  1. Pengertian Data Center

Data Center merupakan  fasilitas yang digunakan untuk penempatan beberapa kumpulan  server  atau sistem   komputer   dan   sistem   penyimpanan   data  (storage)  yang   dikondisikan   dengan   pengaturan catudaya,  pengatur  udara,  pencegah bahaya kebakaran dan biasanya dilengkapi  pula dengan sistem pengamanan fisik.

  1. Sejarah Data Center

Pada awalnya, data center selalu dibangun dalam sebuah ruangan yang besar untuk membantu operasi dari sebuah perusahaan. Pada awalnya, computer-komputer super masih terlalu kompleks untuk pemeliharaannya dan pengoperasiannya. Komponen-komponen yang adapun terlalu banyak dan terlalu ruwet, sehingga membutuhkan kabel yang banyak untuk koneksivitas dari semua komponen tersebut. Server-server yang adapun sangat kompleks mulai dari ukurannya yang besar-besar sampai dengan orang yang handal dalam menangani server tersebut. Biaya untuk data center ini sangat mahal, ini bisa dlihat dari pemeliharaan data center yang khusus, peralatan khusus, sampai dengan orang specialist untuk menangani data center ini. Data center dulu juga membutuhkan daya yang sangat besar dan berdampak kurang baik ke lingkungan. Hal ini juga memicu para pakar untuk bekerja mencari solusi data center yang baik.

Pada awal tahun 1980-an, microcomputer mulai memasuki dunia IT, sehingga dimana-mana bisa ditemui PC-PC yang terpisah dan ditempatkan pada setiap tempat. PC-PC ini sedikit mulai tidak terkontrol sehingga komplesitas IT makin tinggi. Perusahaan yang sadar akan ini mulai mencari alternative untuk memelihara sumber daya IT mereka.

Pada saat client server muncul, data center mulai berkembang lagi ke era internet, dimana perusahaan berlomba-lomba untuk memanfaatkan era ini untuk memperluas market mereka. Koneksi internet cepat dan murah menjadi tantangan terbesar dalam era ini.

  1. Syarat Utama Data Center

Disain dan perencanaan data center harus memperhatikan minimum aspek-aspek berikut :

  • Lokasi aman, memenuhi syarat sipil bangunan, geologi, vulkanologi, topografi
  • Terproteksi dengan sistem cadangan, untuk sistem catudaya, pengatur udara/lingkungan, komunikasi data
  • Menerapkan tata kelola standar data center meliputi :
    • Standar Prosedur Operasi
    • Standar Prosedur Perawatan
    • Standar dan Rencana Pemulihan dan Mitigasi Bencana
    • Standar Jaminan Kelangsungan Bisnis
  1. Kriteria Perancangan Data Center

Dalam melakukan perancangan  terhadap sebuah data center,  harus diperhatikan kedua hal   tersebut dengan tujuan mendapatkan data center sesuai dengan  kriteria berikut:

  • Availability

Data center diciptakan untuk mampu memberikan operasi yang berkelanjutan dan  terus-menerus bagi suatu perusahaan baik dalam keadaan normal maupun dalam keadaan terjadinya suatu kerusakan yang berarti   atau   tidak.  Data   center   harus   dibuat   sebisa  mungkin  mendekati  zero-failure  untuk   seluruh komponennya.

  • Scalability dan flexibility

Data center harus mampu beradaptasi dengan pertumbuhan kebutuhan yang cepat atau ketika adanya servis baru yang harus disediakan oleh data center tanpa melakukan perubahan yang cukup berarti bagi data center secara keseluruhan.

  • Security

Data center  menyimpan berbagai  aset  perusahaan yang berharga,  oleh karenanya sistem keamanan dibuat seketat mungkin baik pengamanan secara fisik maupun pengamanan non-fisik.

10 Fase BPM

August 4th, 2010 by layong No comments »

Berikut 10 fase BPM yang secara teori perlu dilakukan, yaitu:

  1. Organization strategy. Fase ini memastikan bahwa strategi perusahaan, visi, misi, strategic goals, bisnis dan arahan para eksekutif dimengerti oleh tim project tersebut.
  2. Process architecture. Proses arsitektur adalah sarana yang digunakan  oleh perusahaan untuk menetapkan aturan, prinsip, pedoman dan model untuk pelaksanaan BPM di seluruh perusahaan. Proses arsitektur menyediakan dasar design dan realisasi dari proses BPM. Ini dimana proses, IT dan bisnis arsitektur dibawa masuk sejajar dengan organisasi strategi
  3. Launch pad. Fase ini mempunya 3 buah keluaran besar:
    1. Menentukan dari mana BPM ini akan dimulai..
    2. Menentukan process goal yang harus disinkronisasi dengan visi/misi perusahaan.
    3. Pembentukan proyek yang telah ditentukan berdasarkan poin a dan b
  4. Understand. Fase ini adalah tentang mengerti lingkungan bisnis proses sekarang untuk memberikan Fase inovasi untuk berkembang.  Secara umum, informasi proses bisnis dasar harus dikumpulkan untuk mendapatkan biaya proses baseline untuk kepentingan perbandingan di masa yang akan datang.
  5. Innovate. Ini adalah fase inovasi bagian dari project. Pada fase ini, kita harus melibatkan tidak hanya tim inti tapi stakeholder yang terkait baik internal maupun eksternal. Ketika sebuah proses baru tercipta, perlu diadakan simulasi terlebih dahulu, biaya lengkap activity-based, kapasitas melakukan perencanaan, penentuan kelayakan implementasi, untuk mendapatkan pilihan finalisasi yang terbaik.
  6. Develop. Fase ini terdiri dari membangun semua komponen untuk implementasi sebuah proses baru.
  7. People. Ini adalah kritikal fase dari framework yang ada dan bisa menempatkan project dalam resiko yang besar jika tidak ditangani dengan baik. Tujuan dari tahap ini adalah untuk memastikan bahwa kegiatan-kegiatan, peran dan pengukuran kinerja organisasi sesuai dengan strategi dan tujuan proses. Pada akhirnya, orang-orang inilah yang akan membuat proses berfungsi secara efektif dan efisien, tidak peduli berapa banyak otomatisasi yang ada.
  8. Implement. Fase ini adalah dimana implementasi dari proses dilakukan. Pada fase ini, proses baru, peraturan baru, performance management and measures, dan training berada. Fase ini sangat krusial, maka dari itu, roll-back dan contingency plans sangat diperlukan.
  9. Realize value. Tujuan dari fase ini adalah memastikan keuntungan dari yang direncanakan semuanya terwujud. Fase ini pada dasarnya membandingkan keuntungan realization management proses, dan reporting proses.
  10. Sustainable performance. Adalah sangat penting setelah fase ke – 9, pengembangan harus terus dilakukan agar proses bisnis bisa mengikuti perkembangan dan perubahan bisnis yang terpengaruh baik dari internal maupun eksternal.